The World is so Flat

Because the internet, we can explore the world

Hello World

Hello World. Thanks For Your Visit

We Win In The World

We win in the world and we can minimize the world

This Articles For You

You can read our articles in this blog

Tuesday, September 3, 2013

Inilah buah Avokad terbesar di dunia

Jenis buah avokad paling besar di dunia bisa mencapai panjang 3.5 inchi dan memiliki berat 1.3 kilogram. Karena paling besar di antara keluarganya maka disebut avozilla.

Jika dibandingkan, maka buah ini memiliki dua kali panjang alpukat ukuran normal. Dan  lima kali berat buah alpukat ukuran standar. Saat ini, buah avokad Godzilla ini dijual di pasar daerah Tesco dengan harga 3 poundsterling.


Seorang pembeli yang sudah membeli Avozilla Emma Bonny mengungkapkan, “Avozilla memiliki rasa yang kaya dan juicy. Tekturnya seperti mentega dan rasanya creamy.”

“Avozilla yang sudah matang memiliki warna hijau yang menarik. Memiliki kulit yang tebal. Sehingga kulitnya bisa saya gunakan sebagai mangkuk sup. Selain itu saya yakin bahwa satu buah Avozilla yang di jus bisa mengenyangkan satu keluarga besar,” ujar Emma.

Pohon Avozilla, hanya tumbuh di perkebunan pemasok alpukat terbesar di dunia yang terletak di Afrika Selatan.

Avokad adalah buah yang tergolong favorit di kalangan keluarga. Hal ini tidak mengherankan mengingat berbagai manfaat yang dimiliki oleh buah yang bernama latin Persea Americana ini.











Saturday, August 24, 2013

Alasan Ilmiah Manusia Melihat Cahaya Menjelang Ajal

Saat menjelang kematian - bahkan mati suri, banyak orang melaporkan seperti melihat cahaya terang. Pengalaman ini menimbulkan pertanyaan di benak ilmuwan, apa penyebabnya?

Dalam studi terbaru, seperti diberitakan BBC, Selasa (13/8/2013), ilmuwan mengungkapkan bahwa cahaya terang yang dilihat saat mendekati kematian (disebut NDE: Near Death Experience) mungkin saja dipicu oleh lonjakan aktivitas elektrik pada zona otak yang bertanggung jawab untuk penglihatan.

 
livescience.com
 
 
"Banyak orang mengira otak tidak aktif atau ada dalam aktivitas rendah (hipoaktif) setelah seseorang dinyatakan meninggal secara medis. Kami menunjukkan jika bukan hal tersebut yang terjadi," ujar Dr Jimo Borjigin dari University of Michigan yang menjadi penulis utama studi ini.

"Justru, maka otak menjadi lebih aktif saat menjelang kematian daripada ketika seseorang masih hidup," tambah Borjigin  yang memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.



Metode Penelitian
Borjigin dan rekannya memonitor aktivitas otak sembilan ekor tikus yang sekarat. Tiga puluh detik setelah jantung berhenti berdetak, gelombang otak frekuensi tinggi yang disebut osilasi gamma ternyata melonjak.

Gelombang tersebut adalah salah satu dari fitur saraf yang diduga mendukung dengan kesadaran pada manusia, terutama saat berperan menggabungkan informasi dari bagian otak yang berbeda. Pada tikus, aktivitas otak ini justru lebih tinggi sesaat setelah jantung berhenti daripada saat sadar.
 
 
consciouslifenews.com
 
Menurut Borjigin, hal yang sama mungkin juga terjadi pada manusia. Peningkatan aktivitas otak dan kesadaran bisa memicu penglihatan-penglihatan saat menjelang kematian atau ketika mengalami mati suri.

"Ini dapat memberikan kerangka untuk membantu menjelaskan (pengalaman melihat cahaya saat mendekati kematian). Fakta bahwa seseorang melihat cahaya sebelum meninggal mengindikasikan bahwa korteks visual dalam otak memiliki aktivitas yang tinggi," kata Borjigin.



Perayaan terakhir
Menanggapi hasil riset ini, Jason Braithwaite dari University of Birmingham berpendapat bahwa fenomena ini semacam "perayaan terakhir" yang dilakukan oleh otak. Temuan ini mendemonstrasikan pendapat yang diyakini sejak lama, yakni dalam kondisi tak biasa, aktivitas otak bisa melonjak.

Dr Chris Chambers dari Cardiff University menyatakan, masih sangat sedikit yang diketahui tentang kematian pada manusia. Temuan menarik ini dapat membuka pintu untuk studi lebih jauh pada manusia sendiri.

"Namun kita juga harus sangat berhati-hati sebelum menarik kesimpulan tentang pengalaman mendekati kematian pada manusia. Perlu dilakukan pengukuran aktivitas otak pada tikus selama proses jantungnya berhenti berdetak untuk mengetahui hubungan dengan pengalaman pada manusia," tambahnya.











Kisah Proklamasi: Soekarno-Hatta Tidak Diculik

Proses menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus punya kisah seru. Inilah saat genting dan menentukan dalam sejarah. Ya, karena peristiwa yang terjadi bakal menentukan, apakah negara kita merdeka karena hadiah atau perjuangan? Untung, kesigapan para tokoh muda membaca situasi akhirnya menorehkan kisah manis.

Mungkin ada kritikus mengklaim Indonesia bisa merdeka karena memanfaatkan situasi, tapi toh tetap dengan perjuangan dan kematangan prediksi. Dan, kita bisa bangga di mata dunia, bahwa negara ini merdeka dengan berdiri di atas kaki sendiri.


Untuk mengingat kembali jalan menuju merdeka, kita lihat lagi kronologisnya berikut ini.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima, Jepang (dan disusul bom berikutnya di atas Nagasaki tanggal 9 Agustus) oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.

Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau Dokuritsu Junbi Cosakai, berganti nama menjadi PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km disebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.


Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi akan dilakukan dalam bentuk rapat PPKI.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo.

Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Rapat gagal, terlanjur diungsikan.
Pukul 04.00 dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa ke Rengasdengklok. Aksi "penculikan" itu sangat mengecewakan Bung Karno, sebagaimana dikemukakan Lasmidjah Hardi (1984:60).

Bung Karno marah dan  kecewa, terutama  karena para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat. Mereka menganggap perbuatannya itu sebagai tindakan patriotik. Namun, melihat keadaan dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang  mereka tentukan.


Pendapat berbeda menurut kesaksian Hatta, yang terjadi sesungguhnya bukanlah penculikan. Para pemuda mengungsikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok karena, menurut keterangan Soekarni, tokoh pemuda, pada tengah harinya 15.000 rakyat bersama mahasiswa dan anggota Peta akan menyerbu kota, lalu melucuti tentara Jepang. Langkah itu terpaksa ditempuh karena Soekarno-Hatta tidak mau memproklamasikan kemerdekaan pada hari itu juga.

Ibu Fat dan Guntur, anak sulung Bung Karno, ikut dalam rombongan. Di Rengasdengklok, mereka ditempatkan di dalam asrama Peta, lalu dipindahkan ke sebuah rumah milik tuan tanah Tionghoa. Tunggu punya tunggu, hingga tengah hari tidak terdengar kabar apa-apa soal gerakan rakyat dan Peta di Jakarta.

Malah ada cerita lucu soal para pemuda di tempat “penculikan” itu. Ternyata mereka yang menjaga rumah “tahanan” Soekarno-Hatta sama sekali tak mengenal siapa Soekarni. Begini kesaksian Hatta, “Kira-kira pukul 12.30, aku minta tolong kepada pemuda yang menjaga di muka pintu halaman supaya Soekarni diminta datang. ‘Siapa itu, Tuan?’ katanya. Kuterangkan bahwa yang kami maksud ialah seorang dari pemuda yang mengantar kami ke rumah itu…. Pemuda itu pergi dan kami tertawa saja melihat ia pergi, sebab sebagai ‘pengawal yang bertugas’ ia tidak boleh meninggalkan tempatnya.”

Tidak lama kemudian, Soekarni datang. “Aku bertanya kepada dia, apakah revolusi yang akan bermula pukul 12.00 tengah hari sudah bermula? Apakah 15.000 rakyat yang akan menyerbu kedudukan Jepang bersama-sama mahasiswa dengan Peta sudah masuk kota? Soekarni mengatakan, ia belum mendapat kabar.”

Sekitar satu jam kemudian, Soekarni datang dan mengatakan belum juga mendapat kabar dari Jakarta. Ia pun tidak memperoleh kontak dengan Jakarta. Hatta lalu menyindir, “Kalau begitu, revolusimu sudah gagal. Buat apa kami beristirahat di sini apabila di Jakarta tidak terjadi apa-apa?” Soekarni rupanya belum yakin bahwa revolusi yang direncanakan itu gagal. Ia segera berlalu sebelum Hatta menanyakan apa yang ada dalam pikirannya pada saat itu.

Kabar pasti tentang situasi di Jakarta baru diperoleh setelah kedatangan Mr. Subardjo menjelang magrib, sekitar pukul 18.00. “Ia disuruh Gunseikan untuk mengambil kami semua, membawa kembali ke Jakarta…. Subardjo mengatakan bahwa di Jakarta biasa saja, tidak ada terjadi apa-apa.”

Mr. Subardjo sempat melontarkan protes. Bung Hatta menulis, “Buat apa pemimpin-pemimpin kita berada di sini, sedangkan banyak hal yang harus dibereskan selekas-lekasnya di Jakarta. Atas pertanyaanku, apakah Panitia Persiapan Kemerdekaan jadi berapat tadi pagi, Mr. Subardjo menjawab, ‘Apa yang akan dikerjakan mereka? Saudara-saudara yang mengundang mereka rapat tidak ada, berada di sini?’.”

Tentu saja rapat yang sebelumnya dijadwalkan tanggal 16 Agustus gagal karena dua tokoh utama Soekarno-Hatta terlanjur dibawa ke Rengasdengklok.

17 Agustus dan mistik
Sehari penuh, Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Maksud para pemuda untuk menekan mereka, supaya segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan terlepas dari segala kaitan dengan Jepang, rupa-rupanya tidak membuahkan hasil. Agaknya keduanya memiliki wibawa yang cukup besar.

Para pemuda yang membawanya ke Rengasdengklok, segan untuk melakukan penekanan terhadap keduanya. Sukarni dan kawan-kawannya, hanya dapat mendesak Soekarno-Hatta untuk menyatakan proklamasi secepatnya seperti yang telah direncanakan oleh para pemuda di Jakarta . Akan tetapi, Soekarno-Hatta tidak  mau didesak begitu saja. Keduanya, tetap berpegang teguh pada perhitungan dan  rencana mereka sendiri.

Di sebuah  pondok  bambu berbentuk panggung  di tengah persawahan Rengasdengklok, siang itu terjadi perdebatan panas.

"Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu ...".

"Lalu apa ?" teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara.

Waktu suasana tenang kembali. Setelah Bung Karno duduk. Dengan suara rendah ia mulai berbicara, "Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang  tepat. Di  Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan  ini untuk dijalankan tanggal 17".

"Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa  tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?" tanya Sukarni.

"Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang  berada  dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua  berpuasa, ini berarti saat yang paling suci  bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu  Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat  suci. Al-Qur'an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu  kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia".

Demikianlah antara lain dialog antara Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi (1984:61).



Kembali ke Jakarta
Singkat cerita, setelah begadang merumuskan naskah proklamasi, pukul 05.00 pagi, Jumat, 17 Agustus 1945  rombongan dari Rengasdengklok kembali ke Jakarta.

Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan  kemerdekaan bangsa Indonesia hari  itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan kepada para  pemuda  yang bekerja pada pers dan  kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia (Hatta, 1970:53).

Menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk. Wakil Walikota, Soewirjo, memerintahkan kepada  Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan  seperti mikrofon dan beberapa pengeras suara. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk mempersiapkan  satu tiang bendera.

Karena situasi yang tegang, Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah Soekarno itu, masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Malahan ia mencari sebatang bambu yang berada di  belakang rumah. Bambu  itu dibersihkan dan diberi  tali. Lalu ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah. Bendera  yang dijahit  dengan  tangan oleh Nyonya  Fatmawati  Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak  standar, karena kainnya berukuran tidak  sempurna. Memang, kain itu awalnya tidak disiapkan untuk bendera.

Sementara  itu, rakyat yang telah mengetahui  akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan telah berkumpul. Rumah Soekarno telah dipadati oleh sejumlah massa pemuda dan rakyat yang berbaris teratur. Beberapa orang  tampak gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari pihak Jepang.

Matahari semakin tinggi, Proklamasi belum juga dimulai. Waktu itu Soekarno terserang  sakit,  malamnya panas dingin terus  menerus  dan baru  tidur  setelah selesai merumuskan teks Proklamasi. Para undangan telah banyak  berdatangan, rakyat yang telah menunggu  sejak pagi, mulai tidak sabar lagi. Mereka  yang diliputi suasana tegang berkeinginan keras agar Proklamasi segera dilakukan.

Para pemuda yang tidak sabar, mulai mendesak Bung Karno untuk segera membacakan  teks Proklamasi. Namun, Bung Karno tidak mau membacakan teks Proklamasi tanpa kehadiran Mohammad Hatta. Lima menit sebelum acara dimulai, Mohammad Hatta datang dengan pakaian putih-putih  dan langsung menuju kamar Soekarno. Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta, Bung Karno bangkit dari tempat tidurnya, lalu berpakaian.  Ia  juga mengenakan stelan putih-putih. Kemudian keduanya menuju tempat upacara.

Marwati Djoened Poesponegoro (1984:92-94) melukiskan upacara pembacaan teks Proklamasi itu. Upacara itu berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol. Latief Hendraningrat, salah  seorang  anggota  PETA, segera memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu  sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta  maju beberapa  langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat  sebelum membacakan teks proklamasi.













Moser, Penemu Lampu dari Botol Air Mineral

Seorang mekanik Brasil, Alfredo Moser, berhasil menciptakan penerangan dalam ruang gelap tanpa bergantung pada listrik. Dia memanfaatkan botol bekas kemasan air mineral, yang diisi air bercampur pemutih khusus.

Menurut surat kabar Daily Mail, untuk setiap botol Moser memberi dua pemutih seukuran topi. Nah bagaimana sumber cahaya berasal?
bbc.co.uk
 
Moser menjelaskan cahaya memanfaatkan sinar matahari yang menyinari botol sepanjang hari. Material pemutih membantu mensterilkan air dari organisme yang berkembang pada air.

Untuk mendapatkan pasokan sinar matahari sepanjang hari, bagian atas botol dipasang menjuang di atas genteng dengan perekat khusus sehingga tetap menjulang di atas genteng.

Moser mengklaim penerangan dari botol bekas itu setara dengan bohlam berdaya 40 sampai 60 watt.

Moser sudah mengaplikasikan lampu sederhana itu sejak 2002 untuk menerangi ruangan rumahnya. Dan lampu buatannya itu bahkan sudah jamak digunakan di berbagai negara berkembang di belahan dunia, di antaranya telah dipasang pada 140 ribu rumah di Filipina maupun 15 negara lain termasuk Argentina, India dan Fiji.



Bisa Berhemat

Moser mengisahkan ide membuat penerangan sederhana muncul saat sering terjadi pemadaman listrik di Brasil pada 2002 silam. Saat itu hanya pabrik yang mendapatkan pasokan listrik.

Kondisi sulit itu membuat gerah majikan Moser, yang meminta dirinya memanfaatkan botol plastik sebagai lensa dengan bantuan sinar matahari. Dengan tangan dingin Moser, ide itu malah dikembangkan untuk menciptakan cahaya layaknya lampu.

"Ini adalah cahaya hebat. Tuhan memberi matahari dan cahaya untuk semua orang. Siapa pun ingin menghemat uang. Anda tidak mendapat aliran listrik dan tidak dikenai biaya sepeser pun," jelas Moser.
theenvironmentalist.blog.com
Meski telah diaplikasikan ke beberapa rumahan, Moser mengaku tidak langsung mendapatkan uang berlimpah. Untuk jasa pemasangan lampu buatannya di rumah warga dan supermarket lokal, ia hanya mendapatkan beberapa dolar saja.

Tapi Moser tetap bahagia, karena temuannya itu bisa membantu orang dalam berhemat.

Temuan itu diapresiasi oleh Illac Diaz Angelo, Direktur Eksekutif Yayasan MyShelter Filipina. Diaz yakin pada tahun ini lampu buatan Moser bisa dipakai lebih dari satu juta orang.











Maschalismos, Ritual Pencegah Roh Gentayangan

Dalam banyak kepercayaan, orang yang meninggal tak wajar seringkali dikaitkan dengan roh penasaran. Karena itu harus dilakukan ritual tertentu agar arwah yang gentayangan tidak mengganggu. Ritual inilah yang disebut Maschalismos, sudah adak sejak jaman Yunani kuno.

Maschalismos banyak ragamnya sesuai kepercayaan masyarakat setempat di wilayah tertentu. Salah satu metode umum dalam Maschalismos kuno adalah memotong kaki, tangan, telinga, hidung atau bagian tubuh lainnya, lalu bagian-bagian tubuh yang dipotong itu kemudian diikatkan di bawah ketiak.


Terkadang Maschalismos dikategorikan lagi sesuai penyebab kematiannya. Misalnya saja di beberapa daerah di Eropa, bila meninggal karena bunuh diri akan dikuburkan dengan tubuh terbalik.  Konon, jaman dulu lebih ekstrim. Sebelum dikubur, hatinya ditancap pancang, atau kepalanya dipotong, lalu diletakkan di antara dua kakinya. Praktek kuno ini juga masih dipraktekkan di banyak daerah di pedalaman Inggris dengan membuat kaki mayat diikat jadi satu begitu juga jari-jarinya.

Lain ladang lain belalang. Suku-suku Indian Amerika akan memotong telapak setiap orang yang tewas terkena petir. Sementara di Afrika, ritual Maschalismos dilakukan dengan  menggorok otot-otot dan sumsum tulang belakang orang mati.

Perlakuan suku Aborigin di Australia terhadap orang yang meninggal tak wajar cukup mengerikan. Tulangnya dipukul dengan tongkat hingga patah dan remuk, lalu diisi dengan batu.

Selain di Negara negara tersebut, Maschalismos juga dilakukan di banyak daerah seluruh dunia, meski dengan cara-cara berbeda. Namun intinya adalah mencegah roh orang mati itu menjadi hidup lagi atau menjadi hantu gentayangan. Bagaimana dengan Indonesia, ada yang punya cerita?











9 Tanda Kemungkinan Dehidrasi

Tubuh manusia membutuhkan air agar fungsi organ-organ dalam tubuh agar tetap sehat. Mengalirkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh, meningkatkan proses metabolisme, melindungi organ-organ vital, mengeluarkan kotoran serta racun, serta mengatur suhu tubuh.

Karenanya, menjaga tubuh agar tak mengalami dehidrasi sangat penting. Waspadai 9 hal di bawah ini yang jadi pertanda Anda membutuhkan cairan.

kidsfoodfestival.com

1. Haus
Rasa haus merupakan cara yang dilakukan tubuh untuk memberi tanda bahwa tubuh kekurangan cairan sehingga Anda diharuskan mengonsumsi air lebih banyak.

2. Mulut kering
Jika mulut terasa kering, biasanya hal tersebut dikarenakan Anda mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.

3. Urin berwarna gelap
Untuk melihat apakah asupan air bagi tubuh telah tercukupi, Anda cukup memperhatikan urin Anda. Jika urin berwarna kuning pucat hingga bening, berarti kebutuhan air Anda telah tercukupi. Sebaliknya, jika urin berwarna kuning gelap dan memiliki aroma yang kuat, hal tersebut merupakan tanda Anda harus mengonsumsi air lebih banyak.

4. Air mata
Saat menangis, jika Anda tidak mampu memproduksi air mata, maka hal tersebut menandakan Anda mengalami dehidrasi dan butuh asupan air.

5. Kelelahan
Karena air merupakan sumber energi, merasa lelah dan lemas adalah tanda umum mereka yang mengalami dehidrasi.

6. Lapar
Rasa haus seringkali disangka sebagai rasa lapar. Banyak orang mengira mereka lapar, padahal tubuh memberi tahu bahwa mereka butuh minum air lebih banyak. Untuk itu, jika Anda merasa lapar, coba minum segelas air terlebih dahulu. Jika beberapa menit kemudian Anda masih merasa lapar, baru Anda dapat mengkonsumsi makanan.

7. Kulit kering
Kulit adalah organ tubuh terbesar dan kulit membutuhkan air agar tetap terhidrasi dengan baik. Kulit kering yang pecah-pecah adalah tanda bahwa Anda harus mengkonsumsi air lebih banyak.

8. Kurang berkeringat
Saat Anda mengalami dehidrasi, tubuh tidak memproduksi keringat. Hal ini tentu saja tidak baik bagi kesehatan karena keringat mampu membawa kotoran keluar dari pori-pori kulit. Untuk itu, konsumsi air lebih banyak.

9. Sakit kepala
Dehidrasi juga dapat menyebabkan sakit kepala yang dalam kasus terparah mampu menyebabkan pingsan.











 



Apa yang Terjadi Pada Otak Saat Kita Jatuh?

Anda tentu pernah mengalami momen di mana Anda sedang berjalan dan secara tak sengaja kaki tersandung batu dan kemudian jatuh. Apa sebenarnya yang terjadi di dalam otak pada saat itu hingga akhirnya bisa terjadi?

Para peneliti dari University of Michigan telah mengungkapkan apa sebenarnya yang menyebabkan 'ketidaksengajaan' dan hilang keseimbangan tersebut bisa terjadi pada manusia.
everydayfamily.com

Temuan dari peneliti tersebut menunjukkan bahwa ada jeda antara otak dan otot saat kita akan terjatuh. Mereka mampu mengungkapkan hal ini melalui analisis respon listrik di otak menggunakan alat yang disebut electroencephalogram (EEG).

"Kami menggunakan EEG untuk melihat apa yang terjadi di dalam otak. Dengan alat ini, kami bisa menentukan bagian mana di otak yang pertama kali mengidentifikasi bahwa Anda kehilangan keseimbangan saat berjalan," ungkap Daniel Ferris, seorang profesor kinesiologi University of Michigan.

Dipublikasikan dalam Journal of Neurophysiology, para peneliti menggunakan elektroda pada 26 orang responden. Mereka diminta untuk berjalan di sebuahb balok keseimbangan yang tersambung pada treadmill. Sehingga ketika responden kehilangan keseimbangan saat berjalan di balok, mereka akan 'jatuh' ke treadmill dan mulai berjalan pada alat tersebut tanpa melukai diri mereka sendiri.

Kemudian para peneliti memeriksa respons listrik di otak responden dan menemukan bahwa otak menyadari adanya kehilangan keseimbangan sebelum responden benar-benar terjatuh. Dengan begitu, maka sebenarnya jika orang tersebut bisa lebih berespons cepat, maka jatuh akibat tersandung bisa dicegah dan diatasi.